NIAT MENDIDIK, JUSTRU MELUKAI

NIAT MENDIDIK, JUSTRU MELUKAI

┏━━━━━•❥•┈•❥•━━━━┓
MATERI SOTAB HEBAT
┗━━━━━•❥•┈•❥•━━━━┛

Pendidikan Karakter Nabawiyah

NIAT MENDIDIK, JUSTRU MELUKAI

NIAT MENDIDIK, JUSTRU MELUKAI

Dalam mendidik anak, kadang niatnya mendidik, namun justru melukainya.
Misalnya:

– Membiasakan anak kecil (sebelum usia 7 tahun) untuk melaksanakan sholat, maka kelak anak akan berat hati untuk melakukan sholat.

Anak belum tamyiz yang belum bernalar dan berperilaku sesukanya, jika disuruh dan dibiasakan untuk sholat akan ada penolakan dalam dirinya sehingga bisa menumbuhkan persepsi negatif bahwa sholat itu berat dan tidak menyenangkan. Jika hal ini berulang-ulang, maka akan melekat di pikiran bawah sadarnya sehingga kelak akan berat hati untuk melakukan sholat.

– Mentarget hafalan tanpa memperhatikan kecintaan untuk menghafal, maka kelak akan menjadikan anak benci menghafal, bahkan bisa menjadi mantan hafizh/ah.

Anak akan melakukan apapun yang dicintainya. Jika kecintaan menghafal belum tumbuh, maka anak belum siap untuk ditarget. Jika ditarget akan menjadikan anak selalu berpikir kapan berhenti menghafal. Jika hal ini berulang sampai lulus, maka kelak akan menjadikannya benci menghafal.

– Memaksa anak SD untuk bisa membaca dan menulis, maka anak akan tidak suka membaca dan menulis.

Masa SD adalah masa “trial and error”, masa anak senang coba-coba dan sering berbuat salah. Jika anak dipaksa untuk selalu benar dalam membaca dan menulis, maka anak akan tidak suka dan merasa terbebani. Jika hal ini berulang-ulang, kelak akan menjadikan anak tidak suka membaca dan menulis.

– Berkonsentrasi mengatasi masalah anak dengan memperbaiki kekurangannya, maka potensi anak tidak akan tumbuh.

Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan. Seharusnya mengatasi masalah anak terkonsentrasi pada pengembangan kelebihan. Jika kelebihan berkembang, maka kekurangannya akan tertutupi.

– Mengajarkan bahasa kedua (bahasa asing) (seperti bahasa Inggris, Arab, jepang, dll) sebelum bahasa ibu tuntas, maka akan menjadikan anak mudah emosi.

Setiap anak memiliki masa egosentris (puncak emosi) yang harus dituntaskan. Jika anak tidak tuntas bahasa ibunya maka anak akan kesulitan menuntaskannya. Sehingga hal ini dapat menjadikan anak mudah emosi pada hal-hal kecil sekalipun untuk menumpahkan emosinya yang terpendam.

– Menertibkan anak dengan cara menakuti-nakutinya dengan hukuman, kelak akan menjadikannya mudah menyalahkan orang lain.

Amalan yang didasari rasa takut saja tanpa didasari cinta, akan menjadikan rasa ingin coba-cobanya terkekang karena takut disalahkan jika salah. Kondisi ini jika berulang-ukang, maka kelak akan menjadikan anak mudah menyalahkan orang lain.

– Memberikan motivasi belajar dengan cara membandingkannya dengan anak-anak yang lain, maka akan menjadikan anak tidak percaya diri.

Setiap anak memiliki kehebatan dan merasa hebat pada potensi yang berbeda dengan anak lain. Jika dibanding-bandingkan dengan anak lain, maka anak akan merasa tidak memiliki potensi sehebat potensi temannya. Hal ini menjadikan anak merasa tidak percaya diri.

– Agar anak sholih dari kecil, anak dipondokkan pada usia sebelum baligh, terutama di bawah usia 7 tahun, maka kelak anak bersikap kurang peduli dan kadang protes dengan berbuat ulah.

Idealnya anak dipondokkan setelah usia baligh. Masa sebelum baligh adalah masa anak bersama kedua orangtuanya untuk mendapatkan kasih sayang, bimbingan, dan pengarahan. Jika masa sebelum baligh anak dipondokkan, maka anak merasa kurang disayangi oleh orangtuanya. Hal ini menjadikan anak akan tetap “menuntut kasih sayang” meskipun sudah lulus dari pondok. Sifat menuntut ini bisa berupa kurangnya rasa peduli atau berupa protes dengan berbuat ulah untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.
Kecuali jika ada udzur seperti tidak adanya sosok orangtua di rumah karena meninggal dunia atau lainnya, maka tidak mengapa dipondokkan pada pondok yang ada sosok pengganti orangtuanya.

Wallahu a’lam

Ustadz Abdul Kholiq hafidzahullah
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang.

SOTAB HEBAT & HCE INDONESIA

Baarakallah fiikum
Membangun Karakter Ummat – Menebar Manfaat.
Jadilah bagian dari Sekolah Orang Tua Ayah Bunda Hebat [SOTAB HEBAT Indonesia] Sekarang !
Hubungi kami untuk Join Whatsapp Grup👇🏻

Join Sotab Hebat

Bagikan informasi ini, agar semakin luas kebermanfaatannya !

GRATISS !!!
PARENTING-SEKOLAH ORANG TUA

Bergabunglah bersama Sekolah Orangtua Ayah Bunda Hebat [SOTAB HEBAT] Indonesia !

Membangun Karakter Ummat – Menebar Manfaat

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (At-Tahrim:6)

Seberapa PENTING Ilmu PENDIDIKAN dan PARENTING?

Penilaian kita terhadap suatu urusan, menjadi tolak ukur kita dalam menyikapinya.

– Jika suatu urusan dianggap PENTING, maka akan diprioritaskan
– Jika dianggap BERHARGA, maka tidak ditinggalkan
– Jika dianggap BERARTI, maka tidak dilewatkan
– Jika dianggap SERIUS, maka akan dipersiapkan

Wahai Ayah Ingatlah…!
Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.

Wahai Ibu ketahuilah…!
Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.

Wahai Guru Renungkan…!
Engkau pemimpin bagi muridmu. Jadilah guru berkarakter yang menularkan keteladanan dengan akhlak mulia. Sampaikan ilmu dengan hikmah, bersama mereka bersahabatlah. Niscaya nikmat dan indahnya belajar mengajar semakin begitu terasa bermakna dan akan membekas dalam hati.

SOTAB HEBAT hadir untuk Orangtua dan para Pendidik yang ingin memetik faedah dan mendalami Ilmu Pendidikan Karakter Nabawiyah (PKN) Berbasis Fitrah, dan menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin menjadi pendidik sejati.

Tags: No tags

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *