TANTRUM ITU INDAH

TANTRUM ITU INDAH

Tantrum adalah perilaku yang merupakan tumpahan emosi seperti menangis, berteriak, membanting barang, guling-guling, menjerit, mengamuk, dan kadang-kadang melakukan tindakan agresif, akibat dari keinginan anak yang tidak terpenuhi.

Tantrum, sebenarnya merupakan solusi alternatif yang anak pilih sendiri untuk mengatasi masalah emosinya jika cara yang orangtua pilihkan tidak se “frekuensi” dengan keinginan emosinya. Terutama pada masa emas penuntasan egosentris, bagi anak usia dibawah 10 tahun.

Dengan demikian sebenarnya tantrum merupakan solusi otomatis, yaitu berupa fitrah yang telah ada pada diri anak sejak lahir, sunnatullah, dan cara yang telah Allah tetapkan untuk menjaga kondisi kejiwaan selalu dalam keadaan ma’ruf.

Namun…
Sayangnya orangtua sering menganggap bahwa tantrum itu gangguan kepribadian anak, sehingga sibuk mencari tips dan trik bagaimana cara mengatasinya.

Jadi …
Perlukah tantrum yang merupakan solusi ini diatasi?

Sebenarnya tidak harus diatasi tapi perlu disikapi saja.

Ada dua pilihan sikap yang bisa dilakukan orangtua dalam menghadapi tantrum anak:

– Jika orangtua bingung, tidak tahu akan berbuat apa.

Cukuplah anak dijaga dari tantrumnya, yang penting tidak berbahaya bagi diri dan orang lain, hingga tantrumnya selesai. Setelah selesai jangan dibahas lagi tantrumnya. Senyumin saja sambil dipeluk. Selesai.
Tentu saja metode ini membutuhkan kemampuan setara S3, yaitu Sabar, Sabar, dan Sabar.

– Jika orangtua memiliki alternatif lain untuk mengalihkan tantrum.

Tawarkan alternatif untuk memenuhi keinginan anak, sampai anak sepakat dengan tawaran tersebut, sehingga anak berhenti dari tantrumnya.
Tentu saja metode ini membutuhkan kemampuan yang setara S3 juga, yaitu Siasat, Sepakat, dan Sabar.

Mana yang lebih baik dari dua pilihan tersebut?
Semuanya indah sesuai kondisi masing-masing orangtua.

Karena tantrum itu indah!

Catatan:

Jangan lupa doakan kebaikan untuk anak kita bahkan setiap kali dirinya membuat kita marah, jengkel, sampai pada tingkatan yang membuat kita tidak tahu lagi harus berbuat apa karena melihat tingkah polah mereka yang belum kita pahami dengan baik apa keinginannya.
Dan sebisanya tahanlah lisan (ucapan) kita untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang baik, yang sebenarnya hal itu hanya memperburuk keadaan (*)

Ingatlah, tidak ada yang sia-sia dari satu patah kata pun ucapan yang baik terlebih dengan sebuah doa kebaikan yang kita panjatkan kepada Allah dengan hati yang penuh harap kepadaNya (#)

(*)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَاتَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةًيُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُم

Janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk diri kalian sendiri, janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk anak-anak kalian, dan janganlah kalian mendoakan kejelekan untuk harta-harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu (yang telah ditetapkan) oleh Allah yang apabila dimohonkan padanya suatu permohonan (doa kejelekan tersebut), hingga Allah mengabulkannya untuk kalian.
(HR Muslim no 3009, dari Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu)

(#)
Di antara doa imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah ketika beliau mendoakan kebaikan untuk anaknya yang kurang perhatian dan sulit diatur adalah :

اللَّهُمَّ إِنِّيْ اجْتَهَدْتُ أَنْ أَؤدِّبَ عَلِيًّا فَلَمْ أَقْدِرْ عَلَى تَأَدِيْبِهِ فَأَدِّبْهُ أَنْتَ لِي

Ya Allah sesungguhnya aku berusaha untuk mendidik Ali namun aku tidak mampu mendidiknya maka didiklah dia untukku.

Maka Allah memberikan petunjuk kepada Ali karena doa orang tuanya kepadanya
Imam Adz Dzahabi berkata tentang Ali bin Fudhail rahimahullah :

“Ali bin Fudhail termasuk wali besar, seorang yang taat kepada Allah, khusyuk, takut, Rabbani dan kedudukannya tinggi”.
(Siyaru a’laamin nubala 7/408)

Ustadz Abdul Kholiq Hafidzahullah.
SKIS Semarang.

SOTAB HEBAT & HCE INDONESIA