ANAK "TIDAK JADI"

ANAK “TIDAK JADI”

┏━━━━━•❥•┈•❥•━━━━┓
MATERI SOTAB HEBAT
┗━━━━━•❥•┈•❥•━━━━┛

Pendidikan Karakter Nabawiyah

ANAK "TIDAK JADI"

ANAK “TIDAK JADI”

Kadang orang tua sudah berusaha sekuat tenaga dalam mendidik anaknya, ternyata ada saja anak yang “tidak jadi”, yaitu anak yang tidak menjadi sesuai harapan orangtuanya, alias bandel, nakal, susah dinasehati, dsb.

Dan ketika menghadapi kenyataan seperti ini, ada orangtua yang mencari alasan untuk pembelaan diri, pembenaran, atau penghibur diri, diantaranya adalah dengan berdalih kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam yang anaknya tidak beriman.
“Nabi Nuh yang seorang Nabi saja anaknya begitu, apalagi saya …”.

Kisah Nabi Nuh itu benar adanya, bahwa hidayah adalah milik Allah ta’ala. Tetapi apakah cara mendidik kita sudah benar sesuai contoh dari Nabi Nuh?

Ada contoh dua Nabi ‘alsihimassalam yang berhasil mendidik, tetapi hasil akhirnya berbeda, yaitu Nabi Ibrohim ‘alaihissalam dan Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Meskipun hasilnya berbeda, tetapi metode yang beliau berdua gunakan dalam mendidik anak, adalah sama.

Nabi Ibrohim ketika berkata kepada anaknya, Ismail ‘alaihissalam, yang diperintahkan untuk disembelih, dengan mengatakan: “Wahai anakku sayang, aku bermimpi menyembelih kamu, …”
Dan Ismail patuh begitu saja.(1)

Dan Nabi Nuh ketika memanggil anaknya yang naik gunung untuk menghindari banjir bandang, dengan mengatakan: “Wahai anakku sayang, naiklah bersama kami …”. Dan anak Nabi Nuh tetap membangkang.(2)

Metode yang beliau berdua gunakan dalam mendidik aqidah/kesadaran adalah sama, yaitu sama-sama menggunakan bahasa hati, yaitu metode mendidik yang digunakan untuk “menyentuh” hati anak dengan didasari kasih sayang tulus. Dan metode mendidik yang beliau berdua gunakan ini sumbernya adalah wahyu.

Kemudian setelah metodenya benar, barulah hasilnya dipasrahkan kepada Allah ta’ala.

Pendidikan itu “the best process”, bukan “the best output”.

Lalu pertanyaannya, apakah kita sudah menggunakan metode mendidik sesuai petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menghadapi anak yang “tidak jadi”?

Maka, mari koreksi cara kita mendidik sebelum menyerah tanpa syarat ketika menghadapi anak yang “tidak jadi”.

Ust. Abdul Kholiq hafidzahullah
SKIS Semarang.

Catatan kaki:

(1) Allah ta’ala berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku sayang, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash Shaafaat:102)

(2) Allah ta’ala berfirman:

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Wahai anakku sayang, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”. (QS. Hud: 42)

Dari kisah para Nabi dan Rasul yang mana masih ada anggota keluarga mereka tidak seiring sejalan dengannya, sungguh hal itu menyimpan banyak hikmah dan ibroh yang kita ketahui maupun yang belum kita pahami. Namun ada satu pelajaran besar yang sangat patut digaris bawahi disini, yaitu : dengan adanya seorang anak dan anggota keluarga dikalangan para Nabi dan Rasul yang tidak beriman kepada Allah, yang durhaka kepada perintahNya, sebenarnya ini mengajarkan kepada kita untuk lebih menyerahkan segala sesuatunya kepada Dzat yang (menciptakan sebab), sekaligus mendidik diri kita untuk lebih sabar dan ikhlas yang akan memurnikan penghambaan diri kita kepada Allah dan menutup pintu dari sikap bangga terhadap (sebab) keberhasilan yang telah ditempuh meski dari seorang Nabi dan Rasul sekalipun. Karena semuanya sama-sama makhluk ciptaan yang diatur dan dikuasai oleh Dzat yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu

– Allah Ta’ala berfirman :
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ali Imran : 26)

– Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ لَّآ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِۛ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْۤءُۛ اِنْ اَنَا۠ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat bagi diriku kecuali apa yang Allah kehendaki. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi kaum yang beriman.” (QS Al A’raf : 188)

SOTAB HEBAT & HCE INDONESIA

Baarakallah fiikum
Membangun Karakter Ummat – Menebar Manfaat.
Jadilah bagian dari Sekolah Orang Tua Ayah Bunda Hebat [SOTAB HEBAT Indonesia] Sekarang !
Hubungi kami untuk Join Whatsapp Grup👇🏻

Tags: No tags

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *